Tuesday, May 3, 2016

Ketika Anak-anak Suriah di Akhirat Kelak Mempertanyakan Apa yang Telah Kita Lakukan untuk Membelanya



“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)

Sahabat Mamah, saat kita masih bisa asyik bercengkrama dan makan bersama keluarga, ada ratusan keluarga di Aleppo, Suriah, yang tercerai berai terkena bombardir bom dan serangan udara yang seakan tak henti-hentinya menghujani kota tersebut.

Tepatnya selama sembilan hari sejak 22 April 2016, rezim Suriah di bawah kendali Bashar Assad yang didukung Iran dan Rusia melakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru kendali, 68 bom, membantai lebih dari 200 warga, serta melukai ratusan lainnya. Demikian laporan satuan tugas kedaruratan warga Syria Civil Defence, yang dikenal secara internasional bertugas menolong korban-korban serangan militer yang sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun.

Akibat gempuran dan agresi militer itu, untuk pertama kalinya dalam kurun lebih dari 1 milenium (1000 tahun), masjid-masjid Aleppo tidak melakukan shalat Jum’at pada 29 April 2016. Demikian sebagaimana dilaporkan kantor-kantor berita di antaranya Asy-Syarq al-Awsath.

Bahkan serangan atas fasilitas publik paling vital yakni sebuah rumah sakit sipil di Al Quds yang merenggut kurang lebih 30 korban jiwa dan sedikitnya 62 luka-luka. Kabar buruknya lagi, serangan di rumah sakit Al Quds tersebut merenggut nyawa dr. Muhammad Waseem Maaz. Dokter spesialis Paediatrics atau spesialis penyakit anak yang paling kompeten di seluruh Kota. Selama ini, Dokter Waseem adalah dokter satu-satunya di Aleppo yang sudah membantu ribuan anak-anak Aleppo dari penyakit yang merebak dalam kondisi kehancuran perang.

Sahabat Mamah, yang menjadi korban utama dari semua serangan tersebut tentu saja adalah anak-anak, berdasarkan data UNICEF PBB, lebih dari 6,5 juta anak menderita akibat perang saudara di Suriah. Mereka mengalami aksi kekerasan, intimidasi, pelecehan, kelaparan dan penyakit. Puluhan ribu anak tewas, cacat badan, terusir dan alami trauma berat. Sekitar 5,5 juta anak-anak berada dalam situasi darurat di Suriah, lebih dari 2 juta di antaranya tidak memiliki akses ke sumber bantuan karena bermukim di kawasan perang. Jutaan anak lainnya terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga. Kondisi mereka di kamp pengungsian juga memprihatinkan, anak-anak ini mengalami trauma psikis dan fisik yang akan mereka tanggung seumur hidup.

Mengetahui fakta ini, apakah kita akan berdiam diri? Jikalau di akhirat kelak anak-anak Suriah ini mempertanyakan apa yang telah kita lakukan untuk membelanya dan umat Muslim di Suriah, apakah kita bisa menjawabnya? Bukankah sesama Muslim ibarat satu tubuh, di saat satu bagian merasa sakit, maka bagian lain pun tidak akan merasa nyaman?

Sahabat Mamah, apa yang telah kita lakukan untuk saudara-saudara seiman yang dibantai di Suriah? Entah dengan harta, tenaga, pikiran, kata-kata, share berita mengenai Suriah, atau bahkan sekadar berdoa dalam hati, sudahkah kita lakukan untuk saudara-saudara di sana?

Jangan sampai di akhirat kelak kita tergugu di hadapan Allah, karena nyatanya keimanan yang kita deklarasikan selama ini adalah palsu, yakni terlihat dari ketidakpedulian kita terhadap nasib saudara-saudara yang tertindas di Suriah dan di bagian bumi lainnya. Wallaahualam.

Foto ilustrasi: google Mamah

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ketika Anak-anak Suriah di Akhirat Kelak Mempertanyakan Apa yang Telah Kita Lakukan untuk Membelanya

0 comments:

Post a Comment