Judul ini saya pilih bukan karena saya iri terhadap wanita yang memiliki wajah cantik atau karena saya tidak cantik.namun saya pilih judul ini karena saya ingin mengispirasikan para wanita yang sering (senang) menampakkan auratnya kepada lelaki yang bukan suaminya, atau wanita penggoda seperti kisah nyata dibawah ini.
Seorang wanita jelita –di jantung kota Mekkah- tengah mematut diri di depan sebuah cermin. Ada kebanggaan menyaksikan kejelitaan luar biasa yang dimilikinya. Tanpa menoleh, ia bertanya pada suaminya yang juga sama sedang mengagumi kecantikan istrinya.
Seorang wanita jelita –di jantung kota Mekkah- tengah mematut diri di depan sebuah cermin. Ada kebanggaan menyaksikan kejelitaan luar biasa yang dimilikinya. Tanpa menoleh, ia bertanya pada suaminya yang juga sama sedang mengagumi kecantikan istrinya.
"Wahai kanda, adakah orang di kota Mekkah ini yang tidak tertarik pada kecantikanku".
Seolah berpikir keras sang suami menjawab sekenanya, "Rasanya tidak ada…, karena dinda adalah wanita tercantik di kota ini".
Senyum wanita jelita itu merekah di bibirnya yang begitu indah. "Tunggu dulu…, mungkin hanya ada satu orang…Ia adalah Ubaid bin Umair". Sergah sang suami. "O ya?, baik, kita lihat saja nanti", timpal wanita itu seraya menyunggingkan senyum penuh arti.
####
Sesaat setelah murid-murid Ubaid bin Umair bubar di Masjidil Haram, seorang wanita bergegas menghampirinya. Sang Alim yang saat itu duduk berzikir sedikit terkejut saat suara wanita begitu merdu terdengar memohon dirinya tinggal sejenak untuk memberi fatwa bagi masalah yang sedang dihadapinya. Sambil bertanya, wanita itu sengaja menyingkap kain penutup wajahnya, hingga nampak kejelitaannya yang luar biasa bak rembulan.
Ubaid bin Umair terperanjat kaget, lalu berseru: "Duhai Amatullah (hamba Allah), tidakkah anda malu kepada Allah, mengapa anda menampakkan wajah seperti itu??".
"Sebentar tuan…jujur saja, sebenarnya aku sangat tertarik pada tuan". Jawab wanita itu, seraya mulai memasang jaring-jaring jebakannya. "Tuan boleh saja melakukan apa yang tuan inginkan pada diri saya", lanjut wanita itu semakin menggoda.
Ucapan wanita itu semakin membuat Ubaid bin Umair terperangah. Darahnya berdesir. Beruntung saat itu kekuatan iman segera menguasai dirinya.
"Baiklah. Sebelum aku memenuhi segala keinginanmu, maka terlebih dahulu anda harus menjawab seluruh pertanyaanku padamu".
"Tentu saja tuan, aku senang sekali". Jawab wanita "jalang" itu sembari tersenyum penuh kemenangan. "Katakan padaku, jika saat ini malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu, apakah engkau masih senang menunaikan keinginanmu tadi bersamaku?". Tanya Ubaid tegas.
Raut wajah wanita itu berubah. Ia terkejut. Lalu menjawab terbata-bata: "Tte..nttu..ti..dak, tuan".
"Andai saja engkau telah dimasukkan ke liang kuburmu, lalu engkau didudukkan untuk ditanya, apakah engkau masih berfikir untuk melaksanakan keinginanmu tadi bersamaku??" tanya Ubaid yang kedua.
Semakin pias kejelitaan wanita ini. "Oh, tentu saja tidak tuan".
"Wahai hamba Allah, saat kita semua telah berkumpul di padang mahsyar untuk mengambil catatan amal kita, dan engkau tidak tahu, apakah engkau akan menerima catatan amalmu dengan tangan kanan atau tangan kirimu, disaat itu, mungkinkah engkau masih beniat melakukan apa yang engkau katakan padaku".
Wanita itu semakin salah tingkah. Buyar seluruh apa yang ia hayalkan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya takut. "Tten…tu tti…dak, tuan".
"Sekarang bayangkanlah saat-saat engkau akan menyeberangi jembatan yang melintas di atas neraka, engkau tidak tahu apakah engkau akan selamat melewatinya atau tidak. Di saat itu, masihkah engkau akan melakukan apa yang engkau pinta tadi padaku??
"Sama sekali tidak, tuan". Jawab wanita itu semakin takut.
"Baiklah. Ketika timbangan amal telah dipancangkan, lalu amalanmu pun dihadirkan, dan saat itu engkau tak tahu apakah kebaikanmu yang berat atau justru kejahatanmu. Masihkan terbetik olehmu untuk melakukannya?? Tanya Ubaid lagi.
"Ah, itu saat yang mengerikan tuan. Mana mungkin aku berpikir tentang itu….". Ujarnya.
Yang terakhir, sekarang renungkanlah saat engkau berdiri di hadapan Allah seorang diri. Engkau akan ditanya dan diinterogasi. Masihkah –di saat seperti itu- engkau terbayang untuk memintaku melakukan perbuatan keji itu terhadapmu??
"Tuan, tidak mungkin…tidak mungkin aku melakukan hal itu tuan.." jawab wanita itu. Matanya mulai memerah dan berkaca-kaca. Matanya mulai memerah dan berkaca-kaca. Ia tak kuasa lagi menahan butir-butir air mata yang sejak tadi menggelayut di kelopak matanya…
"Kalau begitu, takutlah pada Allah, wahai amatullah. Lihatlah betapa Allah telah mengaruniakanmu semua nikmat ini". Ujar Ubaid bin Umair sembari membalikkan badannya dan meninggalkan wanita itu menangis sejadi-jadinya seorang diri, di pojok Masjidil Haram yang sunyi…
Entahlah, apa yang kemudian ada dalam benak wanita jelita itu. Pertanyaan-pertanyaan Ubaid bin Umair terlalu menusuk hingga sampai pada palung hatinya yang paling dalam. Menggelitik relung iman paling dalam….
####
Pembaca sekalian…tahukah anda akhir dari pengembaraan hidup wanita jelita ini?
Yah, sejak saat itu wanita jelita itu tak melewati waktu-waktunya melainkan dalam tangis-tangis penghambaan kepada Allah Ta'ala. Hidupnya adalah jejak-jejak puasa di siang hari dan shalat di malam hari. Ia terus tenggelam dalam kelezatan ibadah kepada Rabb-nya, hingga dikenal sebagai ahli ibadah kota Mekkah.
jangan lupa di bagikan kepada teman-teman fb,line,twiter,berbagi ilmu yang bermanfaat merupakan amal jahiriah yang terus mengalir walau sudah akhir hayat.Mudahnya beramal jangan di sia-sia kan kesempatan, selagi ada waktu saudara.Manfaatkan selagi dikasih kesempatan.
jangan lupa di bagikan kepada teman-teman fb,line,twiter,berbagi ilmu yang bermanfaat merupakan amal jahiriah yang terus mengalir walau sudah akhir hayat.Mudahnya beramal jangan di sia-sia kan kesempatan, selagi ada waktu saudara.Manfaatkan selagi dikasih kesempatan.
Kerinduan Seorang Mujahid
Ust. Muh. Ihsan Zainuddin

0 comments:
Post a Comment